Reminder Me : Jika Realita Tidak Sesuai Dengan Harapan
---
Hari ini langit tampak cerah. Awan menggumpal membentuk berbagai bentuk unik. Aku hanya melihatnya, terkesima sembari menerbangkan pikiran jauh kesana. Sembari menghayati bagaimana gumpalan awan itu bergerak secara perlahan. Namun semakin menghayati, pikiran ku kian pergi meninggalkan batas sadar. Terakhir yang bisa kuingat dengan jelas, bahwa aku sedang duduk memangku sebuah buku diary yang terbuka.
(Angin sepoi pun membuka halaman buku selanjutnya.)
Halaman 4.
Teman-teman apa kabar? Apa yang sedang kalian lakukan? Sudah lama kita tidak berjumpa. Dulu bisa saja kita duduk di meja yang sama, mengobrol sana-sini sembari menikmati hidangan bakso dan mie ayam serta air es di warung bakso langganan. Atau kita sering melakukan hal absurd dan gila-gilaan menertawakan kebodohan kita yang tidak ada habisnya. Lucu tapi sedih juga jika diingat. Sebab kita sekarang sudah sangat sibuk dengan kegiatan masing-masing.
Halaman 3.
Hai, 9 orang yang menjadi keluarga. Pertama kali bersama kalian, aku tidak bisa menjadi diri sendiri. Bahkan hingga kini, hanya sebagian dari kalian yang bisa melihatnya. Apa kabar? Lama juga tidak bertemu. Tapi, sepertinya tidak baik-baik saja ya. Sebab satu persatu dari kita sudah lama pergi meninggalkan. Kini hanya tersisa sebagian, dan itupun sedang berjuang hingga titik penghabisan. Lelah? Atau hanya aku sendiri yang kelelahan. Sejak awal kalian memang memiliki semangat yang tak pernah padam. Sampai sekarang pun api semangat kalian lebih besar dari ku. Jika pun aku memilih istirahat sejenak, kalian harus mengucapkan selamat ketika aku berhasil mencapai apa yang kalian lebih dahulu capai.
----
Halaman 2.
Ketika aku melihat remaja kurus usia 18 tahun sedang menangis di dalam kamar, dalam hati ku sekarang ingin mengatai “dasar cengeng!” Tidak, aku tidak sampai hati mengatai, hanya ingin menyapa saja. Hai? Sudah kah kamu sekarang baik-baik saja? Pengujian mental ternyata sangat mengerikan, bagaimana jika sampai depresi. Tapi kamu sangat kuat. Kamu bisa melalui semua itu dengan sisa-sisa tenaga mu. Terimakasih banyak telah memberikan pelajaran yang sangat berarti. Tanpa kamu, aku tidak bisa belajar menjadi kuat, tidak bisa belajar menjadi berani dan tentunya tidak bisa menjadi seperti sekarang ini. Jadi, kamu sangat berjasa untuk ku sekarang. Terimakasih banyak.
----
Halaman 1.
Hai? Ternyata kamu begitu kecil dan rapuh. Apakah kamu bahagia? Apakah kamu tumbuh dan berkembang seperti anak seusia mu? Apakah kamu mendapat cukup kasih dan sayang? Ternyata kamu anak kecil yang unik, mau belajar memahami tentang apa yang telah terjadi. Hebat, terlepas dari semua proses panjang yang harus dilalui. Kamu tetap banyak berjasa dalam hidup ku kini.
----
Angin sepoi yang berhembus pun menutup halaman-halaman buku. Lalu, mengambil kesadaran ku kembali. Kaget, ternyata suasana menjadi gelap dan langit menjadi mendung. Entah sejak kapan awan gelap itu mengambil alih kejayaan awan putih yang cerah. Pada intinya, hari ini akan turun hujan setelah tadi cerah nan panas.
Aku pun menghirup udara banyak-banyak untuk memasok paru-paru yang menjadi sesak. Ku buka halaman buku catatan di pangkuan. Hanya ingin menulis sebuah pengingat sebelum turunnya hujan.
Halaman 5.
Hari ini langit yang cerah tiba-tiba tergeser oleh mendung dan akan turun hujan. Tuhan beserta kuasanya mampu membalikkan apapun yang bagi ku baik menjadi tidak baik atau sebaliknya. Begitulah. Harapan hanya doa, sedangkan realita sudah dikendalikan. Ikuti arusnya, ikhlaskan yang telah hilang dan kumandangkan harapan sembari tetap bertindak. Reminder me.
----