[CERPEN] Hana
Cerpen singkat berjudul Hana
By : Diyanti Blog
******
Gadis usia tiga belas tahun, tidak pandai bergaul bersama
teman sebaya dan memiliki rasa malu yang tinggi, duduk diam di sebuah kursi
panjang menatap depan yang ramai. Anak-anak usianya sedang bermain sebuah
permainan di lapangan, tertawa bergembira. Gadis itu tidak mengenali siapapun,
dia baru pindah sebulan yang lalu dan belum mendapatkan teman satu pun. Rasa
kesepian menjalar selama dia sendirian. Namanya Hana, gadis kurus tinggi dengan
rambut panjangnya yang di cepol ekor kuda. Hana pun akhirnya bangkit dan pergi
meninggalkan bangku yang dia duduki tadi. Berjalan menyusuri jalanan komplek
yang sepi menuju rumahnya.
Hana tidak menemukan siapapun ketika membuka pintu rumah.
Orang tuanya sedari pagi pergi urusan bekerja sedangkan kedua kakaknya sibuk
dengan kuliah mereka, dan Hana kembali sendirian. Baginya itu sudah biasa,
selalu sendiri dan melakukan semuanya sendiri. Dia meneguk air dingin yang dia
ambil dari kulkas lalu menaruhnya di meja, kemudian Hana menuju kamarnya untuk
mandi karena hari sudah sore.
Hana membuka matanya kaget saat gedoran pintu menggema.
Dengan mata yang masih memerah dia melihat jam dinding di atas meja belajar.
Sudah menunjukkan pukul tujuh malam, ternyata dia ketiduran sehabis mandi tadi.
Hana pun melangkahkan kakinya menuju pintu kamarnya yang ternyata telah dibuka
oleh seseorang. Tubuh jangkung kakak sulungnya terpampang dengan ekspresi
datar.
“Makan malam,” katanya singkat lalu pergi meninggalkan Hana
yang mengangguk. Dirinya langsung menuju dapur dan menemukan empat orang sudah
duduk disana. Ternyata dia sudah terlambat, kedua orang tuanya sudah selesai
makan, sedangkan kakak keduanya masih menikmati makanannya yang tinggal
setengah sambil memainkan ponselnya. Hana langsung mengambil duduk di sebelah
kakak sulungnya yang juga baru akan makan.
“Mama sama papa istirahat duluan ya, nanti piring-piring
kotornya taruh saja di wastafel, besok pagi kita cucinya,” mama bersuara
kemudian bangkit menyusul papa yang terlebih dahulu pergi.
Hana menatap kepergian orang tuanya lalu menoleh pada kakak
keduanya yang juga ikut bangkit.
“Kak Nita juga mau istirahat?” tanya Hana menghentikan Nita
yang sibuk berbalas pesan dengan teman-teman kuliahnya.
“Kakak mau ngerjain tugas dulu dek, banyak tugas soalnya,”
kemudian pergi meninggalkan Hana hanya bersama dengan kakak sulungnya. Dia pun
menoleh pada kakak tertuanya yang sibuk memakan makanan di piringnya. Dia
merasa sungkan berbicara karena memeng keduanya tidak terlalu dekat. Kakak
sulungnya juga tidak banyak bicara, akhirnya suasana menjadi sunyi dengan Hana
yang merasa tidak nyaman.
Dia beberapa kali menoleh pada kakaknya sambil makan dengan
pelan. “Emang kuliah gitu ya kak, banyak tugas?” Hana bersuara memberanikan
bertanya. Kakak sulungnya itupun langsung menolah. Piringnya sudah bersih
pertanda bahwa dia sudah selesai makan, sedangkan punya Hana masih banyak,
setengah pun belum habis.
“Ya gitulah, kadang banyak, kadang nggak ada juga, kayak
kamu sekolah,” jawabnya datar namun menurut Hana itu sudah panjang.
“Terus ini kakak ada tugas?” tanya Hana kembali, masih
mencoba mencairkan suasana yang hanya diisi oleh mereka berdua.
“Banyak,” kakak sulungnya pun bangkit. “Ini mau ngerjain,”
katanya lalu pergi dan menyisahkan Hana sendirian.
Gadis berusia tiga belas tahun itu pun menghela
nafas melihat punggung kakak sulungnya yang semakin menjauh dan menghilang saat
berbelok menuju ruang tengah. Hana sedikit menundukkan kepalanya, menatap nasi
beserta sayur yang tersisa. Selera makannya sudah hilang, dia menatap
piring-piring kotor di depannya, lalu tangan kurusnya perlahan memindahkan
piring-piring tersebut ke wastafel. Malam sudah larut ketika dia menyelesaikan
mencuci piring. Hana mematikan lampu dapur lalu berjalan menuju kamarnya.
Selalu sendiri dan merasa kesepian, ya itulah Hana, itulah dirinya.
[TAMAT]